Bandar Seri Begawan – Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam memerangi penyelundupan manusia di kawasan ASEAN. Hal ini disampaikan pada ajang The 28th ASEAN Directors-General of Immigration Departments and Heads of Consular Affairs Divisions of the Ministries of Foreign Affairs (DGICM) yang digelar di Rizqun International Hotel, Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, Selasa (12/8/2025).

Plt Direktur Jenderal Imigrasi, Yuldi Yusman, memimpin langsung delegasi Indonesia yang terdiri dari perwakilan Ditjen Imigrasi, Kementerian Luar Negeri, dan KBRI Bandar Seri Begawan. Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh kepala imigrasi negara anggota ASEAN, Timor Leste, dan perwakilan Sekretariat ASEAN.

Dalam forum tersebut, Indonesia memaparkan keberhasilan membongkar rute penyelundupan manusia berkat kerja sama antara aparat penegak hukum nasional dan internasional. Keberhasilan ini bahkan disebut sebagai best practice yang dapat direplikasi negara lain di kawasan.

“Keberhasilan ini bukti pentingnya kolaborasi. Kami berharap model ini bisa diterapkan di negara anggota ASEAN lainnya,” kata Yuldi.

Selain isu penyelundupan, forum juga membahas peningkatan keamanan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Indonesia mengusulkan pemanfaatan autogate dan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mempercepat pemeriksaan serta memperkuat pengawasan.

Usulan kerja sama yang diajukan Indonesia mencakup Border Crossing Agreement, operasi maritim bersama, hingga program pelatihan terpadu bagi petugas imigrasi.

Salah satu inisiatif yang mendapat perhatian besar adalah Desa Binaan Imigrasi. Program ini dinilai sebagai langkah preemtif dalam mencegah penyelundupan manusia dan tindak pidana perdagangan orang melalui edukasi masyarakat dan pemberdayaan berbasis teknologi.

“Inisiatif ini unik karena memadukan pendekatan teknologi dengan peran aktif masyarakat,” jelas Yuldi.

DGICM 2025 juga menegaskan komitmen semua negara anggota untuk memperkuat kerja sama lintas batas dan keamanan kawasan.

“DGICM adalah forum strategis untuk membangun sinergi dalam menjaga perbatasan, mencegah kejahatan lintas negara, dan meningkatkan pelayanan keimigrasian,” tambah Yuldi.

Di akhir pernyataan, Yuldi menekankan pentingnya kolaborasi berkelanjutan. “Dengan kerja sama erat, pertukaran informasi, dan pemanfaatan teknologi mutakhir, ASEAN bisa menjadi kawasan yang lebih aman dan tangguh menghadapi tantangan keimigrasian,” ujarnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *